tag:blogger.com,1999:blog-80030255091240175382024-03-12T23:08:49.278-07:00Seni Budayaseni lampunghttp://www.blogger.com/profile/05377077771987340281noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-8003025509124017538.post-8051026989575003482012-05-06T21:51:00.000-07:002012-05-06T21:51:42.074-07:00teluk kiluan teluk kiluan lampung<table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr align="right" background="nnimg/tab/nnbck.gif" height="16"><td class="tblin"><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"" style="width: 239px;"><tbody>
<tr><td align="center"><img border="0" src="http://www.navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=ptkiluan&i=3" /></td> <td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"><br />
</td></tr>
<tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"><br />
</td><td class="galry"><hr /></td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"><br />
</td></tr>
<tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"><br />
</td><td class="galry"><b>[navigasi.net] Pantai - Teluk Kiluan</b><br />
Pulau Kiluan</td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"><br />
</td></tr>
<tr><td><img src="http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbl.gif" /></td><td background="nnimg/oth/nnsdw.gif"><br />
</td><td><img src="http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbr.gif" /></td></tr>
</tbody></table></td><td class="tblin"><br />
</td><td width="16"><br />
</td><td align="center" background="nnimg/tab/nnbck_a.gif" class="tbact" width="40"><br />
</td><td width="12"><br />
</td><td width="16"><br />
</td><td align="center" background="nnimg/tab/nnbck_p.gif" width="40"><br />
</td><td width="12"><br />
</td><td width="16"><br />
</td><td align="center" background="nnimg/tab/nnbck_p.gif" width="40"><br />
</td><td width="12"><br />
</td><td width="16"><br />
</td><td align="center" background="nnimg/tab/nnbck_p.gif" width="40"><br />
</td><td width="12"><a href="http://www.navigasi.net/nnimg/tab/nnend_p.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.navigasi.net/nnimg/tab/nnend_p.gif" /></a></td></tr>
<tr><td class="gap" width="100%"></td></tr>
</tbody></table><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"" style="width: 239px;"><tbody>
<tr><td><img src="http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstl.gif" /></td><td background="nnimg/oth/nnsup.gif"><br />
</td><td><img src="http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstr.gif" /></td></tr>
<tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"><br />
</td><td align="center"><img border="0" src="http://www.navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=ptkiluan&i=1" /></td></tr>
</tbody></table><span> Indahnya panorama alam tidak hanya di miliki Bali saja. Ternyata memang Indonesia merupakan surga alam yang sangat mempesona. Salah satunya adalah <strong>Teluk Kiluan</strong> yang ada di Provinsi Lampung. Untuk mencapai Provinsi Lampung, silahkan anda lihat <a href="http://resep.makan.web.id/pelabuhan-ferry-bakauheni/">peta petunjuk arah ke Lampung</a> pada cerita saya sebelumnya disini atau <a href="http://resep.makan.web.id/bandara-raden-inten-2-gerbang-udara-lampung/">daftar hotel di Lampung</a> untuk tempat anda menginap. Bagi yang penasaran sebagai informasi saja, <strong>Teluk Kiluan</strong> terkenal dengan habitat <strong>Lumba-lumba yang cantik (dolphin)</strong>, pasir putih dan ombak yang sangar untuk anda penggemar olahraga selancar.<br />
<strong>Teluk kiluan</strong> sendiri merupakan<strong> Ekowisata laut</strong> yang dikelola secara swadaya. Daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan, jalan rusak parah, dan tidak ada petunjuk arah (bahkan tidak terdata di Peta Google) jadi keuntungan tersendiri bagi <em>Teluk Kiluan</em> untuk menjaga keperawanannya. Jarangnya tangan-tangan <strong>lacur</strong> yang mengotori Teluk Kiluan menjadikan pemandangan alam di sini sangat eksotis. Bagi <strong>pelancong lebay</strong>, sangat <strong>tidak disarankan</strong> untuk mengunjungi <span style="text-decoration: underline;">Teluk Kiluan</span> karena<strong> tidak ada fasilitas memadai</strong> disini. Namun bagi anda<strong> pemburu Keindahan dan tantangan</strong>, rekomended banget! TOP deh!<br />
<h2>Petunjuk arah ke Teluk Kiluan</h2>Teluk Kiluan terletak di Pekon (Dusun) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Dari Bandar Lampung butuh waktu 2,5 – 3 Jam perjalanan. Sudah termasuk bonus offroad karena jalanan menuju Teluk Kiluan belum terjamah aspal mulus, sehingga persiapkan pantat anda dengan baik.<br />
<br />
<small>Lihat <a href="http://maps.google.co.id/maps/ms?num=1&hl=id&ie=UTF8&msa=0&msid=214104409072606676834.00049f9c0d55bcb3af41a&ll=-5.573617,105.194092&spn=0.478378,0.686646&z=10&iwloc=00049f9c14fb13cca5d70&source=embed" style="color: blue; text-align: left;">Teluk Kiluan Lampung</a> di peta yang lebih besar</small><br />
<h3>Prakiraan Biaya Yang harus dikeluarkan</h3>Buat bekpeker sejati dan berniat berwisata ke <strong>Teluk kiluan</strong> dengan cara ngeteng (mutus-mutus) dalam perjalanan, mungkin prakiraan biaya berikut dapat menolong anda dalam menentukan bujet. Yang dari Jakarta dan sekitarnya, Biaya menuju pelabuhan Merak bervariasi. Saya sendiri kalau ke Lampung melalui Kalideres – Merak Rp. 15,000. Naik kapal Ferry menyeberang ke <a href="http://resep.makan.web.id/pelabuhan-ferry-bakauheni/">Pelabuhan Bakauheni Lampung</a> Ongkos Rp.11,000 – 15.000,-. Siapin aja uang lebih antara Rp.7.000 – 10.000 jika kelas ekonomi kurang nyaman dan ingin pindah kelas. Dari Kalideres sampai Bakauheni kira-kira makan waktu 4 Jam lebih.<br />
Dari <strong>Bakauheni</strong>, naik bus arah Rajabasa minta turun di Kalibalok. Ongkos Rp,20.000-an. Jika memungkinkan lanjut saja ke Kiluan dengan menyewa travel di dekat Kalibalok. Ongkosnya antara Rp.45.000 / orang. Perjalanan ke Teluk kiluan akan sangat melelahkan karena rute yang dilalui seperti rute offroad. Sesampainya di Kiluan ada pemondokan (satu-satunya) yang disewakan per kamar (isi 4-5 orang) Rp.150.000/malam. Jangan harap ada listrik disiang hari, karena generator hanya dinyalakan malam hari saja. Jika penuh, anda harus balik ke Kiluan atas (kampung penduduk) untuk menginap disana.</span>seni lampunghttp://www.blogger.com/profile/05377077771987340281noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8003025509124017538.post-24863664508634837372012-05-06T21:46:00.000-07:002012-05-06T21:46:20.643-07:00KRAKATAU<b>Krakatau</b> adalah kepulauan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi" title="Gunung berapi">vulkanik</a> yang masih aktif dan berada di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Sunda" title="Selat Sunda">Selat Sunda</a> antara pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" title="Sumatra">Sumatra</a>. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (<b>Gunung Krakatau</b>) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/26_Agustus" title="26 Agustus">26-27</a> Agustus <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1883" title="1883">1883</a>. Letusan itu sangat dahsyat; <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Awan_panas" title="Awan panas">awan panas</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami" title="Tsunami">tsunami</a> yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/26_Desember" title="26 Desember">26 Desember</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/2004" title="2004">2004</a>, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudera_Hindia" title="Samudera Hindia">Samudera Hindia</a>. Suara letusan itu terdengar sampai di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alice_Springs" title="Alice Springs">Alice Springs</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Australia" title="Australia">Australia</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pulau_Rodrigues&action=edit&redlink=1" title="Pulau Rodrigues (halaman belum tersedia)">Pulau Rodrigues</a> dekat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika" title="Afrika">Afrika</a>, 4.653 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kilometer" title="Kilometer">kilometer</a>. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bom_atom" title="Bom atom">bom atom</a> yang diledakkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hiroshima" title="Hiroshima">Hiroshima</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nagasaki" title="Nagasaki">Nagasaki</a> di akhir <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II" title="Perang Dunia II">Perang Dunia II</a>.<br />
<div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Sunda_strait_map_v3.png&filetimestamp=20061202103921"><img alt="" class="thumbimage" height="307" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/34/Sunda_strait_map_v3.png/250px-Sunda_strait_map_v3.png" width="250" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Sunda_strait_map_v3.png&filetimestamp=20061202103921" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.20wmf1/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Sunda" title="Selat Sunda">Selat Sunda</a></div></div></div>Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Atmosfer" title="Atmosfer">atmosfer</a>. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Norwegia" title="Norwegia">Norwegia</a> hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/New_York" title="New York">New York</a>.<br />
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Toba" title="Gunung Toba">Gunung Toba</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tambora" title="Gunung Tambora">Gunung Tambora</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Tanpo&action=edit&redlink=1" title="Gunung Tanpo (halaman belum tersedia)">Gunung Tanpo</a> di Selandia Baru dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Katmal&action=edit&redlink=1" title="Gunung Katmal (halaman belum tersedia)">Gunung Katmal</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alaska" title="Alaska">Alaska</a>. Namun gunung-gunung tersebut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_meletus" title="Gunung meletus">meletus</a> jauh pada masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Telegraf" title="Telegraf">telegraf</a> sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.<br />
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geologi" title="Geologi">geologi</a>. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.<br />
<br />
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Andesit" title="Andesit">andesitik</a>.<br />
Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Kawi" title="Bahasa Kawi">Jawa Kuno</a> yang berjudul <i><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pustaka_Raja_Parwa" title="Pustaka Raja Parwa">Pustaka Raja Parwa</a></i> yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top">Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Jawa" title="Pulau Jawa">pulau Jawa</a> terpisah menjadi dua, menciptakan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sumatera" title="Pulau Sumatera">pulau Sumatera</a></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Krakatoa_evolution_map-fr.gif&filetimestamp=20080424083325"><img alt="Krakatoa evolution map-fr.gif" class="thumbimage" height="250" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1e/Krakatoa_evolution_map-fr.gif" width="250" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Krakatoa_evolution_map-fr.gif&filetimestamp=20080424083325" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.20wmf1/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div></div></div></div>Pakar geologi <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berend_George_Escher&action=edit&redlink=1" title="Berend George Escher (halaman belum tersedia)">Berend George Escher</a> dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku <i><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pustaka_Raja_Parwa" title="Pustaka Raja Parwa">Pustaka Raja Parwa</a></i> tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.<br />
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pulau_Rakata&action=edit&redlink=1" title="Pulau Rakata (halaman belum tersedia)">Pulau Rakata</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Panjang,_Lampung" title="Pulau Panjang, Lampung">Pulau Panjang</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sertung" title="Pulau Sertung">Pulau Sertung</a>, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.<br />
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persia_purba&action=edit&redlink=1" title="Persia purba (halaman belum tersedia)">Persia purba</a>, transmutasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Romawi" title="Kerajaan Romawi">Kerajaan Romawi</a> ke Kerajaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Byzantium" title="Byzantium">Byzantium</a>, berakhirnya peradaban <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arabia_Selatan&action=edit&redlink=1" title="Arabia Selatan (halaman belum tersedia)">Arabia Selatan</a>, punahnya kota besar <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maya" title="Maya">Maya</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tikal" title="Tikal">Tikal</a> dan jatuhnya peradaban <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nazca&action=edit&redlink=1" title="Nazca (halaman belum tersedia)">Nazca</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Selatan" title="Amerika Selatan">Amerika Selatan</a> yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.<br />
<h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Munculnya_Gunung_Krakatau">Munculnya Gunung Krakatau</span></h3><div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Map_krakatau.gif&filetimestamp=20061124112719"><img alt="" class="thumbimage" height="313" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/67/Map_krakatau.gif/250px-Map_krakatau.gif" width="250" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Map_krakatau.gif&filetimestamp=20061124112719" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.20wmf1/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Perkembangan Gunung Krakatau</div></div></div>Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Basaltik&action=edit&redlink=1" title="Basaltik (halaman belum tersedia)">basaltik</a>. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Danan" title="Gunung Danan">Gunung Danan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Perbuwatan" title="Gunung Perbuwatan">Gunung Perbuwatan</a> yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.<br />
Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lava_andesitik_asam&action=edit&redlink=1" title="Lava andesitik asam (halaman belum tersedia)">lava andesitik asam</a>. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Sunda" title="Selat Sunda">Selat Sunda</a>. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.<br />
<h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Erupsi_1883">Erupsi 1883</span></h3>Pada hari Senin, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/27_Agustus" title="27 Agustus">27 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1883" title="1883">1883</a>, tepat jam 10.20, terjadi ledakan pada gunung tersebut. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Oxford" title="Universitas Oxford">Universitas Oxford</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris" title="Inggris">Inggris</a> yang juga penulis <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/National_Geographic" title="National Geographic">National Geographic</a></i> mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.<br />
Menurut para peneliti di <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=University_of_North_Dakota&action=edit&redlink=1" title="University of North Dakota (halaman belum tersedia)">University of North Dakota</a>, ledakan Krakatau bersama ledakan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tambora" title="Tambora">Tambora</a> (1815) mencatatkan nilai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Volcanic_Explosivity_Index" title="Volcanic Explosivity Index">Volcanic Explosivity Index</a> (VEI) terbesar dalam sejarah modern. <i>The <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Guiness_Book_of_Records&action=edit&redlink=1" title="Guiness Book of Records (halaman belum tersedia)">Guiness Book of Records</a></i> mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.<br />
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Lanka" title="Sri Lanka">Sri Lanka</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India">India</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakistan" title="Pakistan">Pakistan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Australia" title="Australia">Australia</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selandia_Baru" title="Selandia Baru">Selandia Baru</a>.<br />
Letusan itu menghancurkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Danan" title="Gunung Danan">Gunung Danan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Perbuwatan" title="Gunung Perbuwatan">Gunung Perbuwatan</a> serta sebagian <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Rakata&action=edit&redlink=1" title="Gunung Rakata (halaman belum tersedia)">Gunung Rakata</a> dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami" title="Tsunami">Tsunami</a> ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.<br />
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Merak" title="Merak">Merak</a> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Serang" title="Serang">Serang</a>) hingga <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cilamaya" title="Cilamaya">Cilamaya</a> di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karawang" title="Karawang">Karawang</a>, pantai barat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a> hingga Tanjung Layar di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Panaitan" title="Pulau Panaitan">Pulau Panaitan</a> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ujung_Kulon" title="Ujung Kulon">Ujung Kulon</a> serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung">Lampung</a> pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hawaii" title="Hawaii">Hawaii</a>, pantai barat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Tengah" title="Amerika Tengah">Amerika Tengah</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semenanjung_Arab" title="Semenanjung Arab">Semenanjung Arab</a> yang jauhnya 7 ribu kilometer.<br />
<h3><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Anak_Krakatau">Anak Krakatau</span></h3><div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_Anak_Krakatau_TMnr_10027438.jpg&filetimestamp=20091127074830"><img alt="" class="thumbimage" height="179" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e8/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_Anak_Krakatau_TMnr_10027438.jpg/250px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_Anak_Krakatau_TMnr_10027438.jpg" width="250" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_Anak_Krakatau_TMnr_10027438.jpg&filetimestamp=20091127074830" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.20wmf1/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Anak Krakatau, dua tahun sejak awal terbentuknya. Foto diambil 12 atau 13 Mei 1929, koleksi Tropenmuseum.</div></div></div>Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_Krakatau" title="Anak Krakatau">Anak Krakatau</a> dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.<br />
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geologi" title="Geologi">geologi</a> memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.<br />
<div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Indonesia,_Sunda_Straits.jpg&filetimestamp=20080315232529"><img alt="" class="thumbimage" height="172" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4a/Indonesia%2C_Sunda_Straits.jpg/250px-Indonesia%2C_Sunda_Straits.jpg" width="250" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Indonesia,_Sunda_Straits.jpg&filetimestamp=20080315232529" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.20wmf1/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Anak Krakatau, Februari 2008</div></div></div>Menurut Profesor <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ueda_Nakayama&action=edit&redlink=1" title="Ueda Nakayama (halaman belum tersedia)">Ueda Nakayama</a> salah seorang ahli gunung api berkebangsaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang" title="Jepang">Jepang</a>, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.seni lampunghttp://www.blogger.com/profile/05377077771987340281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8003025509124017538.post-63268698504094577042012-05-06T21:43:00.002-07:002012-05-06T21:43:32.908-07:00asal usulAsal-usul <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ulun_Lampung" title="Ulun Lampung">Ulun Lampung</a> erat kaitannya dengan istilah <b>Lampung</b> sendiri. Kata Lampung sendiri berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tsing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan dia menyebut To-Langpohwang bagi penghuni Negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan oleh I Tsing To-Langpohwang berarti orang atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak adalah puncak tertinggi ditanah Lampung.<br />
Prof Hilman Hadikusuma di dalam bukunya (Adat Istiadat Lampung:1983) menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa Paksi Pak Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Kerajaan ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) Yang menjadi cikal-bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini.<br />
Diriwayatkan didalam Tambo bahwa pendiri Paksi Pak Sekala Brak masing masing adalah Ratu Bejalan di Way, Ratu Nyerupa, Ratu Pernong dan Umpu Belunguh. Kedatangan para Umpu Pendiri Paksi ini tidaklah bersamaan, berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa menyebarnya Agama Islam dan pembaharuan Adat dilakukan setelah kedatangan Umpu Belunguh ke Sekala Brak yang memerangi Sekerumong dan akhirnya dimenangkan oleh perserikatan Paksi Pak sehingga dimulailah era Kesultanan Islam di Sekala Brak. Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku Kuntara Raja Niti, nama puyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin, Belunguh, dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Prof Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung sebagai berikut:<br />
<ul><li>Inder Gajah</li>
</ul>Gelar: Umpu Lapah di Way<br />
Kedudukan: Puncak Dalom, Balik Bukit<br />
Keturunan: Orang Abung<br />
<ul><li>Pak Lang</li>
</ul>Gelar: Umpu Pernong<br />
Kedudukan: Hanibung, Batu Brak<br />
Keturunan: Orang Pubian<br />
<ul><li>Sikin</li>
</ul>Gelar: Umpu Nyerupa<br />
Kedudukan: Tampak Siring, Sukau<br />
Keturunan: Jelma Daya<br />
<ul><li>Belunguh</li>
</ul>Gelar: Umpu Belunguh<br />
Kedudukan: Kenali, Belalau<br />
Keturunan: Peminggir<br />
<ul><li>Indarwati</li>
</ul>Gelar: Puteri Bulan<br />
Kedudukan: Cenggiring, Batu Brak<br />
Keturunan: Tulang Bawang<br />
<h2><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Adat-istiadat">Adat-istiadat</span></h2>Pada dasarnya jurai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ulun_Lampung" title="Ulun Lampung">Ulun Lampung</a> adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah seba yang dilakukan oleh orang abung ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a> lebih berkembang dengan nilai nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.<br />
<h3><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Masyarakat_adat_Lampung_Saibatin">Masyarakat adat Lampung Saibatin</span></h3>Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Propinsi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan" title="Sumatera Selatan">Sumatera Selatan</a>, Cikoneng di Pantai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a> dan bahkan Merpas di Selatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu" title="Bengkulu">Bengkulu</a>. Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:<br />
<ul><li>Paksi Pak <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekala_Brak" title="Sekala Brak">Sekala Brak</a> (Lampung Barat)</li>
<li>Keratuan Melinting (Lampung Timur)</li>
<li>Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)</li>
<li>Keratuan Semaka (Tanggamus)</li>
<li>Keratuan Komering (Provinsi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan" title="Sumatera Selatan">Sumatera Selatan</a>)</li>
<li>Cikoneng Pak Pekon (Provinsi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a>)</li>
</ul><h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Lampung&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Masyarakat adat Lampung Pepadun">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Masyarakat_adat_Lampung_Pepadun">Masyarakat adat Lampung Pepadun</span></h3>Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman terdiri dari:<br />
<ul><li>Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.</li>
<li>Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.</li>
<li>Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.</li>
</ul><ul><li>Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.</li>
</ul><h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Lampung&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Falsafah Hidup Ulun Lampung">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Falsafah_Hidup_Ulun_Lampung">Falsafah Hidup Ulun Lampung</span></h2>Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub dalam kitab <i>Kuntara Raja Niti</i>, yaitu:<br />
<ul><li><i>Piil-Pusanggiri</i> (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)</li>
<li><i>Juluk-Adok</i> (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)</li>
<li><i>Nemui-Nyimah</i> (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)</li>
<li><i>Nengah-Nyampur</i> (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)</li>
<li><i>Sakai-Sambaian</i> (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya)</li>
</ul>Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias <i>sigor</i>’ pada lambang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Provinsi_Lampung" title="Provinsi Lampung">Provinsi Lampung</a>.<br />
Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam <i>adi-adi</i> (pantun):<br />
<i>Tandani ulun Lampung, wat piil-pusanggiri</i><br />
<i>Mulia heno sehitung, wat liom ghega dighi</i><br />
<i>Juluk-adok gham pegung, nemui-nyimah muaghi</i><br />
<i>Nengah-nyampugh mak ngungkung, sakai-Sambaian gawi.</i><br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Lampung&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Bahasa Lampung">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Bahasa_Lampung">Bahasa Lampung</span></h2>Artikel Lengkap di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Lampung" title="Bahasa Lampung">Bahasa Lampung</a><br />
<b>Bahasa Lampung</b>, adalah sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa" title="Bahasa">bahasa</a> yang dipertuturkan oleh Ulun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung">Lampung</a> di Propinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.<br />
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda" title="Bahasa Sunda">bahasa Sunda</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Batak" title="Bahasa Batak">bahasa Batak</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa">bahasa Jawa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bali" title="Bahasa Bali">bahasa Bali</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu" title="Bahasa Melayu">bahasa Melayu</a> dan sebagainya.<br />
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).<br />
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Lampung&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: Aksara Lampung">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Aksara_Lampung">Aksara Lampung</span></h2>Artikel Lengkap di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Lampung" title="Aksara Lampung">Aksara Lampung</a><br />
<b>Aksara lampung</b> yang disebut dengan <b>Had Lampung</b> adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.<br />
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Rencong" title="Aksara Rencong">aksara Rencong</a>, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.<br />
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Had&action=edit&redlink=1" title="Had (halaman belum tersedia)">Had</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung">Lampung</a> kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Huruf" title="Huruf">Huruf</a> atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.seni lampunghttp://www.blogger.com/profile/05377077771987340281noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8003025509124017538.post-59305775592139816572012-04-29T23:22:00.002-07:002012-04-29T23:22:12.256-07:00Cetik, Alat Musik Tradisional Lampung<h3 class="post-title entry-title">
<a href="http://komunitasreggaelampung.blogspot.com/2012/04/cetik-alat-musik-tradisional-lampung.html"><br /></a>
</h3>
<div class="postmeta-primary">
<span class="meta_date">02:31</span>
<span class="meta_author">Reggae Lampung</span>
<span class="meta_comments"></span>
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMxbwIUmYzeCBWpAf4pFJsm-TkqtYOYjdDAytUImMs1L4dCTQDH2Bh98JsgM00OyHBhbn7CpHQvkunmAcGk8gvaj93leSdFVX22-s-xsX7gRB6xaGPagug10If95dMrlAIfrEqh-ZZ8OMf/s1600/cetik.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMxbwIUmYzeCBWpAf4pFJsm-TkqtYOYjdDAytUImMs1L4dCTQDH2Bh98JsgM00OyHBhbn7CpHQvkunmAcGk8gvaj93leSdFVX22-s-xsX7gRB6xaGPagug10If95dMrlAIfrEqh-ZZ8OMf/s320/cetik.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Alat musik tradisional Lampung “Cetik” kini mulai digemari masyarakat
Lampung. Alat musik yang terbuat dari bambu itu kini tidak saja
dipelajari di sekolah-sekolah formal di Lampung, menjadi kurikulum di
Sekolah Tinggi Agama Hindu, melainkan juga sudah berkembang kepada
pemakaian sebagai alat musik pengiring ibadah di pura.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syafril Yamin, Seniman Cetik Lampung, Kamis (4/2/2010) mengatakan, alat
musik cetik atau dalam bahasa Lampung dikenal sebagai gamolan pekhing,
merupakan alat musik tradisi Lampung yang sangat lambat perkembangannya.
Sebelum 1990, cetik hanya dikenal sebagai alat musik yang dimainkan
saat upacara adat atau upacara penyambutan tamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, alat musik cetik juga belum memiliki peraturan baku dalam
memainkan nada-nadanya. Sehingga generasi muda Lampung enggan belajar
memainkan cetik.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu menyebabkan pemain cetik terbatas pada seniman-seniman cetik
saja. Pemain-pemain tersebut juga hanya ada di sanggar-sanggar kesenian
Lampung saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dewasa ini, pemakaian cetik sudah berkembang, tidak saja untuk adat atau
penyambutan tamu melainkan sudah berkembang menjadi alat pengiring
tarian ataupun pengiring ibadah di pura. Faktor pendukungnya adalah kini
notasi atau aturan nada memainkan cetik sudah dituliskan sehingga
memudahkan pemain pemula belajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syafril mengatakan, selain itu, upaya-upaya Dewan Kesenian Lampung yang
terus menerus melakukan pelatihan permainan cetik bagi pelajar dan
mahasiswa di Lampung turut mendukung perkembangan pelestarian alat musik
cetik. “Sekarang ini perkembangannya mengembirakan. Meski baru sebatas
bisa memainkan, namun gairah memainkan cetik itu ada dimana-mana,” ujar
Syafril.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Safril menyontohkan, cetik yang semula dipakai dalam acara tradisi,
mengiringi kedatangan tamu, hingga mengiringi warga dewasa menuturkan
sastra lisan, kini cetik sudah masuk dalam ranah musik kontemporer.
Cetik sudah diikutsertakan dalam musik dengan band. Sumber: kompas.com</div>seni lampunghttp://www.blogger.com/profile/05377077771987340281noreply@blogger.com0